Senin, 28 Januari 2013
1.
Pengertian
a.
Thypoid abdominalis
adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan
gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).
b.
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan salmonella typhii, ditandai adanya demam 7 hari atau lebih, gejala
saluran pencernaan dan gangguan pada sistem saraf pusat (sakit kepala, kejang
dan gangguan kesadaran). (Soegeng Soegijanto, 2002)
c.
Thypoid
abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella thypii. Penyakit
ini dapat ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi
oleh kuman salmonella thypii. (A. Azis Alimul Hidayat, 2006.).
d.
Thypoid abdominalis merupakan infeksi berat pada usus
yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. (Anonim, 2007).
e.
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. (Nursalam, M. Nurs
dkk, 2005)
f.
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim
dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah
Noer, 1998 ).
g.
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang
pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% )
dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif
1999).
h.
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1
minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).
2. Etiologi
Etiologi thypoid
abdominalis adalah salmonella typhi yang berhasil diisolasi pertama kali dari
seorang pasien thypoid abdominalis oleh Gaffkey di Jerman pada tahun 1884, mikroorganisme
ini merupakan bakteri gram negatif yang motil dan bersifat aerob. Kuman
Salmonella thypii masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang
tercemar. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Salmonella
thyphi terdiri dari , Salmonella parathyphi A, Salmonella parathyphi B, dan
Salmonella parathyphi C. Salmonella thyphi merupakan basil gram negatif yang
bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya
empat macam antigen yaitu antigen O (somatik, terdiri dari zat kompleklipolisakarida),
antigen H (flagela), antigen V1 dan protein membran hialin. Kuman tumbuh pada
suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 – 41°C (optimum 37°C) dan pH
pertumbuhan 6 – 8.
Ada dua
sumber penularan Salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien
dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih
terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1
tahun.
4. Gejala
Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30)
hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya
penyakit/gejala yang tidak khas) :
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
Menyusul gejala klinis yang lain
1. Demam
berlangsung 3 minggu
§ Minggu
I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan
malam hari
§ Minggu
II : Demam terus
§ Minggu
III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur
2. Gangguan
pada saluran pencernaan
§ Lidah
kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang
disertai tremor
§ Hati
dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
§ Terdapat
konstipasi, diare
3. Gangguan
Kesadaran
§ Kesadaran
yaitu apatis – somnolen
§ Gejala
lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit)
3.
Insiden
Thypoid abdominalis merupakan penyakit infeksi yang
dijumpai secara luas didaerah tropis dan subtropis terutama didaerah dengan
kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang
rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran thypoid abdominalis
di negara sedang berkembang adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air
minum dan standar hygiene industri pengelolahan makanan yang masih rendah.
Menurut PANG, selain karena meningkatnya urbanisasi, thypoid abdominalis masih
terus menjadi masalah karena faktor lain yaitu penyediaan air bersih yang tidak
memadai. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Di Indonesia, thypoid abdominalis terdapat dalam
keadaan endemik, pasien anak yang ditemukan berumur diatas satu tahun.
(Ngastiyah, 2005).
Selama ini penyakit thypoid abdominalis masih
merupakan masalah kesehatan diberbagai negara tropis, terutama Indonesia,
kejadian tifus didunia sekitar 16 juta kasus setiap tahunnya. Di Indonesia
kejadian thypoid abdominalis mencapai 760-810 kasus per 100 ribu penduduk per
tahun. (Anonim, 2007).
4.
Patofisiologi
Infeksi
terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus halus melalui pembuluh
limfe lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain, terutama
hati dan limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan
limfe sehingga organ-organ tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri
pada perabaan, kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakteremia) dan
menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga
menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak
tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan
oleh kelainan pada usus. (Ngastiyah, 2005).
5.
Masa Inkubasi (Manifestasi Klinik)
Masa tunas 7-14
(rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala
awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
a.
Masa tunas 10 – 20 hari yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30
hari.
b.
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal
yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat,
nafsu makan kurang.
c.
Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu,
bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus
berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.
d.
Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat
nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup
selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan.
e.
Gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun
walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi stupor atau koma
(kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
f.
Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola
yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang
dapat ditemukan pada minggu pertama demam.
6.
Test Diagnostik
a.
Pemeriksaan darah
1) Pemeriksaan darah untuk kultur (biakan
empedu)
Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu
pertama sakit, lebih sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang
lama.
2)
Pemeriksaan widal
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis
thypoid abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu
masuk dan setiap minggu berikutnya. (diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk
kultur dan widal)
b.
Pemeriksaan sumsum tulang belakang
Terdapat gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum
Endotel System (RES) dengan adanya sel makrofag.
7.
Upaya Pencegahan
v
Usaha terhadap lingkungan hidup :
a.
Penyediaan air minum yang memenuhi
b.
Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
c.
Pemberantasan lalat.
d.
Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
v Usaha
terhadap manusia.
a. Imunisasi
b. Pendidikan
kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi personal hygiene. (Mansjoer, Arif
1999).
a.
Perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan,
observasi dan diberikan pengobatan yakni :
1)
Isolasi pasien.
2)
Desinfeksi pakaian.
3) Perawatan yang baik untuk menghindari
komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.
4) Istirahat selama demam sampai dengan 2
minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk jika
tidak panas lagi, boleh berdiri kemudian berjalan diruangan.
b.
Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan
makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan biasa.
Mekanismenya :
·
Diet yang sesuai, cukup kalori, tinggi protein,
cukup cairan,tidak boleh mengandung banyak serat, dan tidak merangsang maupun
menimbulakan gas.
·
Makanan diberikan secara bertahap disesuaikan
dengan penyakitnya (mula-mula cair, saring, lunak, makanan biasa). Pada
penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
·
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2
hari lalu nasi tim.
·
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita
bebas dari demam selama 7 hari.
c.
Obat
Pengobatan antibiotika pada penderita Typhus andominalis akan
memperpendek perjalanan penyakit, mengurangi komplikasi dan mengurangi angka
kematian kasus. Obat-obat simtomatik sebenarnya tidak perlu diberikan secara
rutin pada setiap pasien karena tidak banyak berguna (sesuai dengan penyakit)
misalnya:
·
Antipiretik
·
Kartikosteroid (diberikan pada pasien yang
toksik)
·
Suportif (vitamin-vitamin)
·
Penenang (diberikan pada pasien dengan gejala
neuroprikatri).
Obat anti mikroba yang sering
digunakan :
1)
Cloramphenicol
Cloramphenicol masih merupakan
obat utama untuk pengobatan thypoid.
Dosis untuk anak : 50 – 100
mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas/minimal 14 hari.
2)
Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas
panas/minimal 10 hari.
3)
Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain
Cloramphenicol juga diterapi dengan ampicillin 100 mg/kg BB/hari selama 14 hari
dibagi dalam 4 dosis.
A. PENGERTIAN
PENCEMARAN AIR
Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi,
unsure atau komponen lainnya ke dalam air, sehingga kualitas air terganggu yang
ditandai dengan perubahan warna, baud an rasa. Beberapa contoh polutan antara
lain: Fosfat yang berasal dari penggunaan pupuk buatan dan detergen, Poliklorin
Bifenil (PCB) senyawa ini berasal dari pemanfaatan bahan- bahan peluma dan
plastic, Minyak dan Hidrokarbon dapat berasal dari kebocoran pada roda dan
kapal pengangkut minyak, logam- logam berat berasal dari industri bahan kimia dan
bensin, Limbah Pertanian berasal dari kotoran hewana dan tempat penyimpanan
makanan ternak, Kotoran Manusia berasal dari saluran pembuangan tinja manusia.(
Djambur, 1993 )
B.
MACAM-MACAM SUMBER PENCEMARAN AIR
Sumber pencemaran air antara lain sampah masyarakat,
limbah industri, limbah pertanian dan limah rumah tangga. Ada beberapa tipe
polutan yang dapat merusak perairan yaitu; bahan- bahan yang mengandung bibit
penyakit, bahan- bahan yang banyak membutuhakan oksigen untuk penguraiannya,
bahan- bhan kimia organic dari industri atau limbah pupuk pertanian, bahan-
bahan yang tidak sediment, bahan- bahan yang mengandung radioaktif dan panas. Pembuangan
sampah dapat mengakibatkan kadar O2 terlarut dalam air semakin berkurang karena
sebagian besar dipergunakan oleh bakteri pembusuk. Pembuangan sampah organic
maupun anorganik yang dibuang kesungai terus- menerus, selain menemari air,
terutama di musim hujan akan mengakibatkan banjir.
Air adalah unsure alam yang penting bagi mahluk hidup
dengan sifat mengalir dan meresap. Apabila jalur aliran- alirannya tersumbat
akan mengakibatkan banjir. Polusi air terjadi karena kurangnya rasa disiplian
masyarakat, misalnya dalam kebersihan lingkungan dan membuang sampah
sembarangan. Musibah banjir terbagi menjadi dua macam yaitu banjir banding (
besar) dan banjir genangan.
·
Banjir banding terjadi akibat air
meluap dari jaur- jalur aliran (sungai) dengan volume air yang besar
·
Banjir genangan terjadi tergenangnya
air hujan disuatu daerah yang saluran air dan daya seraonya terbatas. ( Salman,
1993 )
C.
BAHAYA DARI
PENCEMARAN AIR
Bibit- bibit penyakit berbagai zat
yang bersifat racun dan bahan radioaktif dapat merugikan manusia. Berbagai
polutan memerlukan O2 untuk penguraiannya. Jika O2 kurang, penguraiannya tidak
sempurna dan menyebabkan air berubah warnanya dan berbau busuk. Bahan atau
logam yang berbahaya seperti arsenat, uradium, krom, timah, air raksa, benzon,
tetraklorida, karbon dan lain- lain dapat merusak organ tubuh manusia atau
dapatmenyebabkan kanker. Sejumlah besar limbah dari sungai akan masuk ke laut.
Polutan ini dapat merusak kehidupan air sekitar muara
sungai dan sebagian kecil laut muara. Bahan- bahan yang berbahaya masuk ke laut
atau samudera mempunyai akibat jangka panjang yang belum diketahui. Banyak
jenis kerang- kerangan yang mungin mengandung zat- zat yang berbahaya
untuk dimakan. Laut dapat pula tercemar oleh yang asalnya mungkin dari
pemukiman, pabrik, melalui sungai, atau dari kapal tanker yang rusak. Minyak
dapat mematikan burung dan hewan laut lainnya, sebagai contoh efek keracunan
dapat dilihat di Jepang. Merkuri yang dibuang oleh sebuah industri ke teluk
minamata terakumulasi di jaringan tubuh ikan dan masyarakat yang
mengkonsumsinya menderita cacat dan meninggal.
Banyak
akibat yang ditimbulkan oleh polusi air, diantaranya:
1.
Terganggunya kehidupan organisme air
karena berkurangnya kandungan oksigen
2.
Terjadinya ledakan ganggang dan
tumbuhan air
3.
Pendangkalan dasar perairan
4.
Tersumbatnya penyaring reservoir,
dan menyebabkan perubahan ekologi
5.
Dalam jangka panjang mengakibatkan
kanker dan kelahiran cacat
6.
Akibat penggunaan pestisida yang
berlebihan selain membunuh hama dan penyakit, juga membunuh serangga dan
makhluk yang berguna terutama predator
7.
Kematian biota kuno, seperti
plankton, ikan bahkan burung
8.
Dapat mengakibatkan mutasi sel
kanker dan leukemia
Ø BESI(Fe) dan MANGAN(Mn)
Unsur besi terdapat pada
hampir semua air tanah, sedangkan unsur mangan tidak demikian, tetapi
keberadaan unsur mangan biasanya bersama-sama dengan unsur besi. Air tanah
umumnya mempunyai konsentrasi karbon dioksida yang tinggi hasil penguraian
kembali zat-zat organik dalam tanah oleh aktivitas mikroorganisme, serta
mempunyai konsentrasi oksigen terlarut yang relatif rendah, menyebabkan kondisi
anaerobik. Kondisi ini menyebabkan konsentrasi besi dan mangan bentuk mineral
tidak larut (Fe3+ dan Mn4+) tereduksi menjadi besi dan
mangan yang larut dalam bentuk ion bervalensi dua (Fe2+ dan Mn2+).
Meskipun besi dan mangan
pada umumnya terdapat dalam bentuk terlarut bersenyawa dengan bikarbonat dan
sulfat, juga ditemukan kedua unsur tersebut bersenyawa dengan hidroden sulfida
(H2S).
Selain itu besi dan
mangan ditemukan pula pada air tanah yang mengandung asam yang berasal dari
humus yang mengalami penguraian dan dari tanaman atau tumbuhan yang bereaksi
dengan unsur besi untuk membentuk ikatan kompleks organik. Konsentrasi besi
pada air tanah bervariasi mulai dan 0,01 mg/l sampai dengan ± 25 mg/l,
sedangkan konsentrasi mangan pada umumnya kurang dan 1,0 mg/l. Secara umum Fe
(II) terdapat dalam air tanah berkisar antara 1.0 – 10 mg/L, namun demikian
tingkat kandungan besi sampai sebesar 50 mg/L dapat juga ditemukan dalam air
tanah ditempat – tempat tertentu.
Pada air permukaan yang
belum diolah ditemukan konsentrasi mangan rata-rata lebih dari 1 mg/l, walaupun
demikian dalam keadaan tertentu unsur mangan dapat timbul dalam konsentrasi
besar pada suatu reservoir/tandon atau sungai pada kedalaman dan saat tertentu.
Hal ini terjadi akibat adanya aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan dan
mereduksi bahan organik dan mangan (IV) menjadi mangan (II) pada kondisi
hypolimnion (kondisi adanya cahaya matahari).
Penyediaan air bersih
dari air baku air permukaan yang membutuhkan pengolahan penghilangan besi dan
mangan, biasanya air tersehut berasal dari hypolimnion (lapisan bagian bawah)
dari danau yang dalam atau dari danau yang eutrop (kaya nutrien), dimana
kondisi reaksi reduksi berlangsung untuk selanjutnya deposit endapan besi dan
mangan akan berubah kembali ke dalam bentuk larutan. Besi pada air permukaan
terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain dalam bentuk suspensi dari lumpur,
tanah liat dan partikel (dispersi) halus dari besi (IIl) hidroksida, [Fe(OH)3
] dalam bentuk koloid dan organik kompleks.
Mangan terdapat dalam
bentuk kompleks dengan bikarbonat, mineral dan organik. Unsur mangan pada air
permukaan berupa ion bervalensi empat dalam bentuk organik kompleks.
Perairan yang mengandung
besi sangat tidak diinginkan untuk keperluan rumah tangga, karena dapat
menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin, dan alat – alat lainnya serta
menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum pada konsentrasai diatas kurang
lebih 0.31 mg/L. Sifat kimia perairan dari besi adalah sifat redoks.
pembentukan kompleks, metabolisme oleh mikroorganisme, dan pertukaran dari besi
antara fasa dan fase padat yang mengandung besi karbonat, hidroksida dan
sulfite.
Air tanah yang
mengandung Fe (II) mempunyai sifat yang unik. Dalam kondisi tidak ada oksigen
air tanah yang mengandung Fe (II) jernih, begitu mengalami oksidasi oleh
oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion Ferri
dengan reaksi sebagai berikut :
4Fe2+ + O2 + 10 H2O ——-> 4 Fe(OH)3
8 H+
Dan ini menyebabkan air menjadi keruh.
Pada pembentukan besi (III) oksidasi terhidrat yang tidak larut menyebabkan air
berubah menjadi abu – abu.
Besi (II) dapat terjadi sebagai jenis
stabil yang larut dalam dasar danau dan sumber air yang kekurangan oksigen. Ion
FeOH+ dapat terjadi dalam perairan yang bersifat basa, tetapi bisa
ada CO2 maka terbentuk FeCO3 yang tidak larut. Besi (II)
dapat membentuk kompleks yang stabil dengan zat organik pengompleks yang dapat
larut dalam air. Dalam perairan dengan pH sangat rendah, kedua bentuk ion ferro
dan ferri dapat ditemukan.
Dalam kondisi aerob mangan dalam perairan
terdapat dalam bentuk MnO2 dan pada dasar perairan tereduksi menjadi
Mn2+ atau dalam air yang kekurangan oksigen (DO rendah). Oleh karena
itu pemakaian air berasal dari dasar suatu sumber air, sering ditemukan mangan
dalam konsentrasi tinggi.
Pada pH agak tinggi dan kondisi aerob
terbentuk mangan yang tidak larut seperti, MnO2, Mn3O4,
atau MnCO3 meskipun oksidasi dari Mn2+ itu berjalan
relative lambat. Secara visual dalam air yang banyak mengandung mangan berwarna
kehitam – hitaman. Sedangkan aktifitas mangan dalam air sama dengan besi.
Jika konsentrasi besi dan mangan di dalam
air relatif besar, akan memberikan dampak sebagai berikut : Menimbulkan penyumbatan
pada pipa disebabkan secara langsung oleh deposit (tubercule) yang disebabkan
oleh endapan besi :
a.
Secara tidak langsung, disebabkan oleh
kumpulan bakteri besi yang hidup di dalam pipa, karena air yang mengandung
besi, disukai oleh bakteri besi.
b.
Selain itu kumpulan bakteri ini dapat
meninggikan gaya gesek (losses) yang juga berakibat meningkatnya
kebutuhan energi. Selain itu pula apabila bakteri tersebut mengalami degradasi
dapat menyebabkan bau dan rasa tidak enak pada air.
c.
Besi dan mangan sendiri dalam konsentrasi
yang lebih besar dan beberapa mg/L, akan memberikan suatu rasa pada air yang
menggambarkan rasa logam, atau rasa obat.
Meninggalkan noda pada bak-bak kamar mandi
dan peralatan lainnya (noda kecoklatan disebabkan oleh besi dan kehitaman oleh
mangan). Pada ion exchanger endapan besi dan mangan yang terbentuk,
seringkali mengakibatkan penyumbatan atau menyelubungi media pertukaran ion
(resin), yang mengakibatkan hilangnya kapasitas pertukaran ion. Menyebabkan
keluhan pada konsumen (seperti kasus “red water”) bila endapan besi dan
mangan yang terakumulasi di dalam pipa, tersuspensi kembali disebabkan oleh
adanya kenaikan debit atau kenaikan tekanan di dalam pipa/system distribusi,
sehingga akan terbawa ke konsumen.
Ada beberapa prinsip proses penghilangan
besi dan mangan yaitu : pertukaran ion (ion exchange), proses secara
biologis, tetapi yang umum digunakan pada sistem penyediaan air adalah proses
oksidasi secara kimiawi, yaitu menaikkan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator
dengan tujuan merubah bentuk besi dan mangan terlarut menjadi bentuk besi dan
mangan tidak larut (endapan). Proses ini dilanjutkan dengan pemisahan
endapan/suspensi/dispersi yang terbentuk menggunakan proses sedimentasi dan
atau filtrasi. Untuk meningkatkan efisiensi pemisahan endapan ini, bila perlu
menggunakan proses koagulasi-flokulasi dilanjutkan dengan sedimentasi dan
filtrasi.
Besi dan mangan dapat diendapkan sebagai
senyawa dengan karbonat pada air yang mengandung karbonat (alkalinitas), dengan
penambahan kapur atau soda. Pengendapan ini berlangsung pada kondisi anaerobik.
Kelarutan Fe (II) dan Mn(II) ditentukan oleh konsentrasi total karbonik. Pada
kondisi tersebut, Fe (II) dan Mn (II) karbonat dapat diharapkan mengendap
seluruhnya pada pH > 8 dan 8,5. Pengendapan Fe (II) hidroksida dan Mn (II)
hidroksida pada pH ± 11. Campuran dua macam endapan tersebut, terbentuk dalam
proses Kapur – Soda. Besi dan mangan akan lebih baik bila
diendapkan dengan jalan oksidasi oleh oksidator seperti O2 ; O3
; Klor/senyawa klor ; KMnO4, karena kelarutan dari bentuk Fe
(III) trihidroksida dan Mn (IV) dioksida adalah lebih rendah dibandingkan
dengan senyawa Fe (II) dan Mn (II) karbonat. Kecepatan oksidasi Fe (II) oleh
oksigen sangat rendah dalam kondisi nilai pH rendah. Dalam hal ini pH perlu
dinaikkan dengan mengurangi konsentrasi CO2 atau dengan penambahan
alkali (kapur).
Sebaliknya kecepatan oksidasi dapat
ditingkatkan dengan menggunakan katalisator. Agak sulit dalam mengukur
kecepatan oksidasi besi (II) menjadi bentuk yang dapat disaring, karena
kehadiran zat pereduksi lainnya. Walaupun demikian kecepatan pengendapan dan
aglomerasi Fe (II) yang terkandung di dalam air alam, lebih lambat dari
perkiraan teoritis. Hal ini memberi gambaran bahwa ada rintangan seperti
reduksi besi (III) oleh zat organik dan zat pereduksi lainnya. Rintangan ini
tetap ada sampai seluruh zat organik teroksidasi dan endapan yang terbentuk
akan stabil. Kecepatan oksidasi Mn (II) relatif lambat pada pH < 9, pengaruh
katalisator dari endapan Mn (IV) sangat diperlukan. Morgan menunjukkan
bahwa efek utama dari MnO2 mengadsorpsi Mn (II), dengan cara
demikian memberikan pengaruh dalam penghilangan mangan selama proses filtrasi.
Kemudian Mn (IV) yang mengadsorpsi, melanjutkan oksidasinya secara
perlahan-lahan.
Keberadaan asam humus akan memperlambat
oksidasi besi. Penyerapan atas Fe (II) dan Mn (II) dilaporkan memegang peranan
dalam penghilangan besi dan mangan dari air. Endapan Fe (III) hidroksida dan Mn
(IV) dioksida, keduanya mempunyai kapasitas adsorpsi (penyerapan) yang tinggi.
Penambahan MgO pada air yang mempunyai pH rendah dapat menaikan kecepatan
oksidasi Fe (II) tanpa menaikan pH yang berarti bagi air yang dihasilkan (air
hasil olahan).
Pembentukan besi (III) dan mangan (IV)
dipengaruhi oleh pH, pada pH antara 6,9 – 7,2. Reaksi pembentukan Fe (III)
dapat terjadi dengan cepat, sedangkan reaksi pembentukan Mn (IV) akan lambat
bila pH dibawah 9,5. Penggunaan klor sebagai oksidator biasanya untuk mengolah
air dengan kandungan besi (II) dan mangan (II) kurang dari 2 mg/l. Pembentukan
Fe (III) dan Mn (IV) tergantung pada pH. Pada pH 7,5 klor berbentuk 50 % asam
hipoklorit (HOCI) dan 50 % ion hipoklorit (OCI)-. Reaksi oksidasi
pada besi (II) lebih cepat dibanding dengan Mangan (II), batas pH untuk
pembentukan mangan (IV) adalah 5 – 7 .
Pada reaksi terhadap oksidator KMnO4 maka
akan terjadi reaksi sebagai berikut :
Mn2+ + 2ClO2 + 2H2O ———–> MnO2 +
2O2 + 2Cl− + 4H+
KMnO4 ini pertama kali
diterapkan untuk menghilangkan bau dan rasa pada air bersih, kemudian
dipergunakan untuk menghilangkan warna (organik) dan terakhir dipergunakan
untuk mengurangi unsur besi dan mangan, dimana untuk pembentukan besi (Ill) dan
mangan (IV) terjadi pada pH lebih dari 7. Jika bereaksi dengan ozon maka akan
terjadi reaksi sebagai berikut :
2Fe + 3O3 + 5H2O ———–> 2Fe(OH)3 + 4O2
+ 4H+
2Mn2+ + 2O3 + 4H2O ———–> 2MnO(OH)2
+ 2O2 + 4H+
2Mn2+ + 5O3 + 3H2O ———–> 2MnO4–
+ 5O2 + 6H+
D.
USAHA- USAHA UNTUK MENCEGAH DAN MENGATASI POLUSI AIR
Pengenceran dan penguraian polutan air tanah sulit sekali
karena airnya tidak mengalir dan tidak mengandung bakteri pengurai yang aerob,
jadi air tanah yang tercemar akan tetap tercemar dalam waktu yang lama, walau
tidak ada bahan pencemaran yang masuk. Oleh karena itu banyak usaha untuk
menjaga agar tanah tetap bersih, misalnya:
- Menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah pemukiman atau perumahan
- Pembuangan limbah industri diatur sehinga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem
- Pengawasan terhadap penggunaan jenis- jenis pestisida dan zat – zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran
- Memperluas gerakan penghijauan
- Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan
- Memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungannya
- Melakukan intensifikasi pertanian
Adapun cara
lain untuk mengatasi polusi air atau yang dikenal dengan sebutan banjir. Banjir
ada dua macam yaitu banjir banding dan banjir genangan.
- Banjir banding dapat diatasi secar meluas dengan didukung berbagai disiplin ilmu
- Banjir genangan dapat diatasi dengan memebersihakan air dari penyumbatan yang mengakibatkan air meluap
Banyak orang
mengatakan “ lebih baik mencegah dari pada mengatasi”, hal ini berlaku pula
pada banjir genangan. Ada beberapa langkah- langkah yang dilakukan untuk
mencegak banjir genangan yaitu:
- Dalam perencanaan jalan- jalan lingkungan baik program pemerintah maupun swadaya masyarakat sebaiknya memilih material bahan yang menyerap air misalnya penggunaan bahan dari pavling blok ( blok- blok adukan beton yang disusun denagn rongga- rongga resapan air disela- selanya. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah penataan saluran lingkungan, pembuatannyapun harus bersamaan dengan pembuatan jalan tersebut
- Apabila di halaman pekarangan- pekarangan rumah kita masih terdapat ruang- ruang terbuka, buatlah sumur- sumur resapan air hujan sebanyak- banyaknya. Fungsi sumur resapan air ini untuk mempercepat air meresapke dalam tanah. Dengan membuat sumur resapan air tersebut, sebenarnya kita dapat memperoleh manfaat seperti berikut:
- Persediaan air bersih dalam tanah disekitar rumah kita cukup baik dan banyak
- Tanah bekas galian sumur dapat dipergunakan untuk menimbun lahan- lahan yang rendah atau meninggikan lantai rumah
- Apabila air hujan tidak tertampung oleh selokan- selokan rumah, dapat dialirkan ke sumur- sumur resapan. Jangan membuang sampah atau mengeluarkan air limbah rumah tangga (air bekas mandi, cucian dan sebagainya) ke dalam sumur resapan karena bias mencemari kandungan air tanah
- Apabila air banjir masuk ke rumah menapai ketinggian 20- 50 cm, satu- satunya jalan adalah meninggikan lantai rumah kita di atas ambang permukaan air banjir.
- Cara lain adalah membuat tanggul di depan pintu masuk rumah kita. Cara ini sudah umum dilakukan orang, hanya saja teknisnya sering kurang terencana secara mendetail.
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)