Senin, 28 Januari 2013
A. SISTEM
URINARIA
Sistem perkemihan atau sistem urinaria,
adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah
bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang
masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih)
1. Urine (Air Kemih)
Ø Sifat – sifat air kemih
a.
Jumlah
eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta
faktor lainnya.
b.
Warna
bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c.
Warna
kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
d.
Bau
khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
e.
Berat
jenis 1.015 – 1.020.
f.
Reaksi
asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Ø Komposisi air kemih
a.
Air
kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
b.
Zat
– zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin
c.
Elektrolit,
natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
d.
Pigmen
(bilirubin, urobilin)
e.
Toksin
f. Hormon
Ø Ciri – ciri Urine Normal
Rata
– rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam,
reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.
2. Organ-Organ yang berperan dalam
Sistem Urinaria
REN (Ginjal)
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang
berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem
urin, ginjal berfungsi menyaring
kotoran (terutama urea) dari darah dan
membuangnya bersama dengan air dalam
bentuk urin.
Manusia memiliki sepasang
ginjal yang terletak di belakang
perut atau abdomen.
Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang
belakang, di bawah hati dan limpa. Di
bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar
adrenal (juga
disebut kelenjar
suprarenal).
Ginjal
bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen.
Kedua ginjal terletak di sekitarvertebra T12 hingga L3. Ginjal
kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian
dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan
duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan
lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak
bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum
ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
a) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas
melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn
darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal –
gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan
gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi.
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu
diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah
akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan
menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di
dalam sumsum ginjal.
b) Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut
yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya
disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid
dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8
hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran
paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan
korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan
pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh
halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan
malphigi, setelah mengalami berbagai proses.
c) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di
ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal,
pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing –
masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila
renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari
papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke
ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria)
Tempat
lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular.
Sel juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin Cairan menjadi makin
kental di sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian
dibawa kekandung kemih melewati ureter.
Fungsi Ginjal :
1.
Membuang
racun dan produk buangan dari darah. Racun di
dalam darah diantaranya urea dan uric acid. Jika kandungan racun ini terlalu
berlebihan, akan mengganggu metabolism.
2.
Menjaga
kebersihan darah dengan meregulasi seluruh cairan (air dan garam) di dalam
tubuh
3.
Meregulasi
tekanan darah. Ginjal menghasilkan enzim renin yang bertugas mengontrol tekanan
darah dan keseimbangan elektrolisis. Renin mengubah protein dalam darah menjadi
hormon angiotensis. Selanjutnya akan diubah menjadi aldosterone yang
mengabsorbsi sodium dan air ke dalam darah.
4.
Mengatur
keseimbangan pH darah.
6.
Memproduksi
hormon erythropoiethin yang bertugas memproduksi sel darah merah di tulang.
Peredaran
Darah Ginjal :
Ginjal mendapat darah
dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang
berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian
menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan
dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi
penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian
menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan
Ginjal :
Ginjal mendapat
persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur
jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan
pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat
di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua)
macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung
dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian
terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan
peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam
kandung kemih (vesika urinaria). Gerakan
peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam
kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia
muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada
tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh
darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik
VESICA URINARIA (Kandung
Kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti
balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi
oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan
bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi
oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan
dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan
yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa,
dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
URETHRA (Saluran
Kencing)
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui
tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang
pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1.
Uretra Prostaria
2.
Uretra membranosa
3.
Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa
(lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis
pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra
pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa
merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah
dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
3. Mekanisme pembentukan & pengeluaran
Urine
Proses pembentukan urin yang
terjadi melalui serangkaian proses, yaitu: penyaringan, penyerapan kembali dan
augmentasi.
1. Penyaringan
(filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali
dengan penyaringan darah yang terjadi di kapiler glomerulus. Sel-sel kapiler
glomerulus yang berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada
glomerulus mempermudah proses penyaringan.
Selain
penyaringan, di glomelurus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel darah,
keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil yang
terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium,
klorida, bikarbonat dan urea dapat melewati saringan dan menjadi bagian dari
endapan.
Hasil
penyaringan di glomerulus disebut filtrat glomerolus atau urin primer,
mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya
2. Penyerapan
kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan
di dalam urin pimer akan diserap kembali di tubulus kontortus proksimal,
sedangkan di tubulus kontortus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea.
Meresapnya
zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui
peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Penyerapan air
terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.
Substansi
yang masih diperlukan seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Zat
amonia, obat-obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada
filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan
menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan
lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah,
misalnya urea.
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan
zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal.Dari
tubulus-tububulus ginjal, urin akan menuju rongga ginjal, selanjutnya menuju
kantong kemih melalui saluran ginjal. Jika kantong kemih telah penuh terisi
urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul rasa ingin buang air
kecil. Urin akan keluar melalui uretra.
Komposisi
urin yang dikeluarkan melalui uretra adalah air, garam, urea dan sisa substansi
lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
Mekanisme proses Miksi ( Mikturisi
) Miksi ( proses berkemih ) ialah proses di mana kandung
kencing akan mengosongkan dirinya waktu sudah penuh dgn urine. Mikturisi ialah
proses pengeluaran urine sebagai gerak refleks yang dapat dikendalikan
(dirangsang/dihambat) oleh sistim persarafan dimana gerakannya dilakukan oleh
kontraksi otot perut yg menambah tekanan intra abdominalis, dan organ organ
lain yang menekan kandung kencing sehigga membantu mengosongkan urine (
Virgiawan, 2008 ).
Distensi kandung kemih,
oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding
kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih
(proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih,
dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh
relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Reflex
mikturisi adalah reflex medulla spinalis yang bersifat otonom, yg dikendalikan
oleh suatu pusat di otak dan korteks cerebri. Reflex mikturisi merupakan
penyebab dasar berkemih, tetapi biasanya pusat yang lebih tinggi yang akan
melakukan kendali akhir untuk proses mikturisi sebagai berikut :
1.
Pusat
yang lebih tinggi menjaga agar reflex mikturisi tetap terhambat sebagian,
kecuali bila mikturisi diinginkan
2.
Pusat
yang lebih tinggi dapat mencegah mikturisi, bahkan jika terjadi reflex
mikturisi, dengan cara sfingter kandung kemih eksterna terus-menerus melakukan
kontraksi tonik hingga saat yang tepat datang dengan sendirinya
3.
Jika
waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat mikturisi sacral
untuk membantu memulai reflex mikturisi dan pada saat yang sama menghambat
sfingter eksterna sehingga pengeluaran urin dapat terjadi.
Jadi, Miktruisi
merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat –
pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi
otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.
4. Gangguan pada Sistem Urinaria
Albuminuria
Tanda :
urine banyak mengandung albumin
Penyebab : kekurangan protein, penyakit ginjal dan hati
Akibat : tubuh kekurangan albumin yang menjaga
agar cairan tidak keluar dari darah
Hematuria
Tanda :
urine mengandung darah
Penyebab : peradangan ginjal, batu ginjal dan kanker
kandung kemih
Nefrolitiasis (batu ginjal)
Tanda : urine sulit keluar karena tersumbat
batu pada ginjal, saluran ginjal atau kandung kemih
Penyebab : konsentrasi unsur-unsur kalsium terlalu
tinggi dan dipercepat dengan infeksi dan penyumbatan saluran ureter
Akibat : sulit mengeluarkan urine, urine bercampur darah
Gagal ginjal
Tanda :
Meningkatnya kadar urea dalam darah
Penyebab : nefritis (radang ginjal)
Akibat : zat-zat yang seharusnya dibuang oleh
ginjal tertumpuk dalam darah
Pengobatan : cuci darah secara rutin
atau cangkok ginjal
Diabetes Insipidus
Tanda :
meningkatnya jumlah urine (20 – 30 kali lipat)
Penyebab : kekurangan hormon antidiuretika (ADH)
Akibat : sering buang urine
Pengobatan : pemberian ADH sintetik
Hepatitis
Tanda : perubahan warna kulit dan putih mata
menjadi kuning, urine menjadi kecoklatan seperti air teh
Penyebab : virus
Akibat : hati meradang dan kerja hati terganggu
Pencegahan : menjaga
kebersihan lingkungan, menghindari kontak langsung atau penggunaan barang
bersama-sama dengan penderita hepatitis, gunakan jarum suntik untuk sekali
pakai.
Kencing Batu
Tanda :
sulit buang urine
Penyebab : pengendapan zat kapur dalam ginjal
Pengobatan: pembedahan,
obat-obatan dan penembakan dengan sinar laser.
B. SISTEM
REPRODUKSI
Reproduksi
adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar
tidak punah. Pada manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan
peristiwa fertilisasi. Sehingga dengan demikian reproduksi pada manusia
dilakukan dengan cara generatif atau seksual.
1.
Organ-Organ
yang berperan dalam Sistem Reproduksi Manusia
PRIA
Dibedakan menjadi organ
kelamin luar dan organ kelamin dalam.
Organ
reproduksi luar terdiri dari :
a)
Penis merupakan organ kopulasi
yaitu hubungan antara alat kelamin jantan dan betina untuk memindahkan semen ke
dalam organ reproduksi betina. Penis diselimuti oleh selaput tipis yang
nantinya akan dioperasi pada saat dikhitan/sunat.
b)
Scrotum merupakan selaput
pembungkus testis yang merupakan pelindung testis serta mengatur suhu yang
sesuai bagi spermatozoa.
Organ reproduksi
dalam terdiri dari :
a)
Testis merupakan kelenjar
kelamin yang berjumlah sepasang dan akan menghasilkan sel-sel sperma serta
hormone testosterone. Dalam testis banyak terdapat saluran halus yang disebut
tubulus seminiferus.
b)
Epididimis merupakan saluran
panjang yang berkelok yang keluar dari testis. Berfungsi untuk menyimpan sperma
sementara dan mematangkan sperma.
c)
Vas deferens merupakan saluran
panjang dan lurus yang mengarah ke atas dan berujung di kelenjar prostat.
Berfungsi untuk mengangkut sperma menuju vesikula seminalis.
d)
Saluran ejakulasi merupakan
saluran yang pendek dana menghubungkan vesikula seminalis dengan urethra.
e)
Urethra merupakan saluran
panjang terusan dari saluran ejakulasi dan terdapat di penis.
Kelenjar pada
organ reproduksi pria :
a)
Vesikula seminalis merupakan
tempat untuk menampung sperma sehingga disebut dengan kantung semen, berjumlah
sepasang. Menghasilkan getah berwarna kekuningan yang kaya akan nutrisi bagi
sperma dan bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam
saluran reproduksi wanita.
b)
Kelenjar Prostat merupakan
kelenjar yang terbesar dan menghasilkan getah putih yang bersifat asam.
c)
Kelenjar
Cowper’s/Cowpery/Bulbourethra merupakan kelenjar yang menghasilkan getah berupa
lender yang bersifat alkali. Berfungsi untuk menetralkan suasana asam dalam
saluran urethra.
Hormon yang bekerja pada Sistem Reproduksi Pria :
Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah
hormon, yaitu testoteron, LH (Luteinizing Hormone), FSH(Follicle Stimulating
Hormone), estrogen dan hormon pertumbuhan
a)
Estoteron
Testoteron disekresi
oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus. Hormon ini
penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma, terutama
pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
b)
LH (Luteinizing
Hormone)
LH disekresi oleh
kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig untuk
mensekresi testoteron
c)
FSH (Follicle
Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh
sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-sel sertoli.
Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan
terjadi.
d)
Estrogen
Estrogen dibentuk oleh
sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga mensekresi
suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta
membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini
tersedia untuk pematangan sperma.
e)
Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan
diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara
khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis
WANITA
Dibedakana menjadi organ kelamin
luar dan organ kelamin dalam.
Organ
reproduksi luar terdiri dari :
a)
Vagina merupakan saluran yang
menghubungkan organ uterus dengan tubuh bagian luar. Berfungsi sebagai organ
kopulasi dan saluran persalinan keluarnya bayi sehingga sering disebut dengan
liang peranakan. Di dalam vagina ditemukan selaput dara.
b)
Vulva merupakan suatu celah
yang terdapat di bagian luar dan terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
Labium mayor merupakan sepasang
bibir besar yang terletak di bagian luas dan membatasi vulva.
Labium minor merupakan sepasang
bibir kecil yang terletak di bagian dalam dan membatasi vulva
Organ reproduksi dalam terdiri dari
:
a)
Ovarium merupakan organ utama
pada wanita. Berjumlah sepasang dan terletak di dalam rongga perut pada daerah
pinggang sebelah kiri dan kanan. Berfungsi untuk menghasilkan sel ovum dan
hormon wanita seperti :
Estrogen yang berfungsi untuk
mempertahankan sifat sekunder pada wanita, serta juga membantu dalam prosers
pematangan sel ovum.
Progesterone yang berfungsi
dalam memelihara masa kehamilan.
b)
Fimbriae merupakan
serabut/silia lembut yang terdapat di bagian pangkal ovarium berdekatan dengan
ujung saluran oviduct. Berfungsi untuk menangkap sel ovum yang telah matang
yang dikeluarkan oleh ovarium.
c)
Infundibulum merupakan bagian
ujung oviduct yang berbentuk corong/membesar dan berdekatan dengan fimbriae.
Berfungsi menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh fimbriae.
d)
Tuba fallopi merupakan saluran
memanjang setelah infundibulum yang bertugas sebagai tempat fertilisasi dan
jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya.
e)
Oviduct merupakan saluran
panjang kelanjutan dari tuba fallopi. Berfungsi sebagai tempat fertilisasi dan
jalan bagi sel ovum menuju uterus dengan bantuan silia pada dindingnya.
f)
Uterus merupakan organ yang
berongga dan berotot. Berbentuk seperti buah pir dengan bagian bawah yang
mengecil. Berfungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio. Tipe uterus pada manusia
adalah simpleks yaitu dengan satu ruangan yang hanya untuk satu janin. Uterus
mempunyai 3 macam lapisan dinding yaitu :
Perimetrium yaitu lapisan yang
terluar yang berfungsi sebagai pelindung uterus.
Miometrium yaitu lapisan yang
kaya akan sel otot dan berfungsi untuk kontraksi dan relaksasi uterus dengan
melebar dan kembali ke bentuk semula setiap bulannya.
Endometrium merupakan lapisan
terdalam yang kaya akan sel darah merah. Bila tidak terjadi pembuahanmaka
dinding endometrium inilah yang akan meluruh bersamaan dengan sel ovum matang.
g)
Cervix merupakan bagian dasar
dari uterus yang bentuknya menyempit sehingga disebut juga sebagai leher rahim.
Menghubungkan uterus dengan saluran vagina dan sebagai jalan keluarnya janin
dari uterus menuju saluran vagina.
h)
Saluran vagina merupakan
saluran lanjutan dari cervic dan sampai pada vagina.
i)
Klitoris merupakan tonjolan
kecil yang terletak di depan vulva. Sering disebut dengan klentit.
Hormon yang bekerja pada Sistem Reproduksi
Wanita:
Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan
oogenesis dan perkembangan reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria.
Salah satu peran hormon pada wanita dalam proses reproduksi adalah dalam
siklus menstruasi.
Siklus menstruasi pada Wanita :
Menstruasi (haid) adalah pendarahan
secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai pelepasan endometrium.
Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi
sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit
sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama
antara hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu
pengeluaran hormonhormon yang mempengaruhi mekanisme siklus
menstruasi.
Untuk
mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah adanya
peristiwa yang
sangat
penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi pada pertengahan siklus (½ n)
menstruasi. Untuk periode atau siklus hari pertama menstruasi,
ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi
dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase
ovulasi, fase
pasca-ovulasi
:
a)
Fase menstruasi
Fase
menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum
akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya kadar
estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus yang
menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium sobek
atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan pada endometrium
yang mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya pendarahan pada fase
menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima hari. Volume darah
yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50mL.
b)
Fase pra-ovulasi
Pada fase
pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan hormon
gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH. Adanya
FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang mengelilingi
satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai hari
ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan ovum
di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen.
Adanya estrogen menyebabkan pembentukan
kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding dalam uterus dan endometrium.
Peningkatan konsentrasi estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi
serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa. Lendir yang bersifat basa
berguna untuk menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung
lingkungan hidup sperma.
c)
Fase ovulasi
Pada saat
mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan produksi
hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi menyebabkan reaksi
umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan FSH lebih lanjut dari
hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH
merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah
disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de
Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
d)
Fase pasca-ovulasi
Pada fase
pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder karena
pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus
luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf
memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron mendukung
kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau endometrium dan
menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium.
Progesteron juga merangsang sekresi lendir
pada vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi
progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman
(implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan. Proses
pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila
sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah menjadi
korpus albikan.
Korpus albikan memiliki kemampuan produksi
estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesterone
akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH
dan selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan
fase menstruasi berikutnya.
2.
Mekanisme
Sistem Reproduksi
Spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di dalam di dalam
testis, tepatnya pada tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan
sel epitel germinal dengan melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel, yang
mana bertujuan untuk membentu sperma fungsional.
Pematangan sel terjadi di
tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding
tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epithelium germinal
(jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis.
Pintalan-pintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam
ruang-ruang testis (lobulus testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus
testis. Tubulus seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal
(sel epitel benih) yang disebut spermatogonia
(spermatogonium = tunggal). Spermatogonia terletak di dua sampai tiga lapisan
luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri,
sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu untuk membentuk sperma.Pada tahap pertama spermatogenesis,
spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel
germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah
secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali
membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit
primer yang masih bersifat diploid. Setelah melewati beberapa minggu, setiap
spermatosit primer membelah secara meiosis membentuk dua buah spermatosit
sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder
kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid.
Spermatid merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat
haploid (n atau mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan).
Setiap spermatid akan berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma). Proses
perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika spermatid dibentuk
pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti
sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan
terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit
sitoplasma. Pada bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat
selubung tebal yang disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase
dan proteinase yang berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum. Pada ekor
sperma terdapat badan sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan
sperma banyak mengandung mitokondria yang
berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.
Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel
sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan
mengatur proses spermatogenesis.
Oogenesis
Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum
di dalam ovarium. Di dalam ovarium terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel
indung telur. Oogonium bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom.
Oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis
telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat
bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur
6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap
pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh
menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada
dalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat
bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta
oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar
200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama
pertumbuhannya.
Saat
memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang
menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang
mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel
oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit
sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama
(polosit primer). Selanjutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II
(meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan
sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi
fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma
masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali.
Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang
disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder).
Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada
tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis
setiap satu oogonium.
Oosit dalam
oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan
sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk
menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring
dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi.
Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama
tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel
sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang
menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel
de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel
akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus
luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
Proses
Pembuahan atau Fertilisasi
Pembuahan adalah proses peleburan antara satu sel sperma dan satu
sel ovum yang sudah matang. Sebelum terjadi poses pembuahan, terjadi beberapa
proses sebagai berikut:
Ovum yang telah masuk akan keluar dari ovarium. Proses tersebut
dinamakan ovulasi. Ovum yang telah masak tersebutakan masuk ke saluran
Fallopii. Jutaan sperma harus berjalan dari vagina menuju uterus dan masuk ke
saluran Fallopii. Dalam perjalanan itu, kebanyakan sperma dihancurkan oleh
mukus (lendir) asa di dalam uterus dan saluran Fallopii. Di antara beberapa sel
sperma yang bertahan hidup, hanya satu yang masuk menembus membran ovum.
Setelah terjadi pembuahan, membran ovum segera mengeras untuk mencegah sel
sperma lain masuk. Proses pembuahan ini terjadi di bagian saluran Fallopii yang
paling lebar. Hasil pembuahan adalah zigot. Kemudian mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sebagai berikut:
a.
Zigot membelah
menjadi 2 sel, 4 sel, dan seterusnya.
b.
Dalam waktu
bersamaan lapisan dinding dalam uterus menjadi tebal seperti spons, penuh
dengan pembuluh darah, dan siap menerima zigot.
c.
Karena
kontraksi oto dan gerak silia diding saluran Fallopii, zigot menuju ke uterus
dan menempel di dinding uterus untuk tumbuh dan berkembang.
d.
Terbentuk
plsenta dan tali pusat yang merupakan penghubung antara embrio dan jaringan
ibunya. Fungsi plasenta dan tali pusat adalah mengalirkan oksigen dan zat-zat
makanan dari ibu ke embrio, serta menglirkan sisa-sisa metabolisme dari embrio
ke peredana darah ibunya.
e.
Embrio
dikelilingi cairan amnion yang berfungsi melindungi embrio dari bahaya benturan
yang mungkin terjadi.
f.
Embrio berusaha
empat minggu sudah menunjukkan adanya pertumbuhan mata, tangan, dan kaki.
g.
Setelah berusia
enam minggu, embrio sudah berukuran 1,5 cm. Otak, mata, telinga, dan jantung
sudah berkembang. Tangan dan kaki, serta jari-jarinya mulai terbentuk.
h.
Setelah berusia
delapan minggu, embrio sudah tampak sebagai manusia dengan organ-organ tubuh
lengkap. Kaki, tangan, serta jari-jariny telah berkembang. Mulai tahap ini
sampai lhir, embrio disebut fetus (janin).
i.
Setelah
mencapai usia kehamilan kira-kira sembilan bulan sepuluh hari, bayi siap
dilahirkan.
Jika ovum yang sudah masak tidak dibuahi oleh sperma, jaringan
penyusun dinding rahim yang telah menebal dan mengandung banyak pembuluh darah
akan rusak dan luruh/runtuh. Bersama-sama dengan ovum yang tidak dibuahi,
jaringan tersebut dikeluarkan dari tubuh lewat vagina dalam proses yang disebut
menstruasi (haid).
3.
Gangguan
pada Sistem Reproduksi
Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah penurunan fungsi
testis yang disebabkan oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen
dan testoteron. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi dan tidak
adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganan dapat dilakukan dengan terapi hormon.
Kriptorkidisme
Kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu
atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu
bayi. Hal tersebut dapat ditangani dengan pemberian hormon human chorionic gonadotropin
untuk merangsang terstoteron. Jika belum turun juga, dilakukan pembedahan.
Uretritis
Uretritis adalah peradangan uretra dengan
gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air kecil. Organisme yang paling
sering menyebabkan uretritis adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma
urealyticum atau virus herpes.
Prostatitis
Prostatitis adalah peradangan prostat.
Penyebabnya dapat berupa bakteri, seperti Escherichia coli maupun bukan
bakteri.
Epididimitis
Epididimitis adalah infeksi yang sering
terjadi pada saluran reproduksi pria. Organisme penyebab epididimitis adalah E.
coli dan Chlamydia.
Orkitis
Orkitis adalah peradangan pada testis yang
disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan
infertilitas
Gangguan
menstruasi
Gangguan menstruasi pada wanita dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu amenore primer dan amenore sekunder.
a)
Amenore primer adalah tidak terjadinya
menstruasi sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual.
b)
Amenore sekunder adalah tidak terjadinya
menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang yang tengah mengalami
siklus menstruasi.
Kanker
genitalia
Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi
pada vagina, serviks dan ovarium.
Kanker
vagina
Kanker vagina tidak diketahui penyebabnya
tetapi kemungkinan terjadi karena iritasi yang diantaranya disebabkan oleh
virus. Pengobatannya antara lain dengan kemoterapi dan bedah laser.
Kanker
serviks
Kanker serviks adalah keadaan dimana
sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel serviks. Penanganannya
dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk, ovarium, sepertiga bagian atas
vagina dan kelenjar limfe panggul.
Kanker
ovarium
Kanker ovarium memiliki gejala yang tidak
jelas. Dapat berupa rasa berat pada panggul, perubahan fungsi saluran
pencernaan atau mengalami pendarahan vagina abnormal. Penanganan dapat
dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.
Endometriosis
Endometriosis adalah keadaan dimana
jaringan endometrium terdapat di luar uterus, yaitu dapat tumbuh di sekitar
ovarium, oviduk atau jauh di luar uterus, misalnya di paru-paru. Gejala
endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri pada masa
menstruasi. Jika tidak ditangani, endometriosis dapat menyebabkan sulit terjadi
kehamilan. Penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan,
laparoskopi atau bedah laser.
Infeksi vagina
Gejala awal infeksi vagina berupa keputihan
dan timbul gatal-gatal. Infeksi vagina menyerang wanita usia produktif.
Penyebabnya antara lain akibat hubungan kelamin, terutama bila suami terkena
infeksi, jamur atau bakteri
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar