Senin, 28 Januari 2013
1.
Pengertian
a.
Thypoid abdominalis
adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan
gangguan kesadaran (Ngastiyah, 2005).
b.
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
disebabkan salmonella typhii, ditandai adanya demam 7 hari atau lebih, gejala
saluran pencernaan dan gangguan pada sistem saraf pusat (sakit kepala, kejang
dan gangguan kesadaran). (Soegeng Soegijanto, 2002)
c.
Thypoid
abdominalis merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang
disebabkan oleh salmonella thypii. Penyakit
ini dapat ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang terkontaminasi
oleh kuman salmonella thypii. (A. Azis Alimul Hidayat, 2006.).
d.
Thypoid abdominalis merupakan infeksi berat pada usus
yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi. (Anonim, 2007).
e.
Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu
minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. (Nursalam, M. Nurs
dkk, 2005)
f.
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim
dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah
Noer, 1998 ).
g.
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang
pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% )
dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif
1999).
h.
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1
minggu, gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).
2. Etiologi
Etiologi thypoid
abdominalis adalah salmonella typhi yang berhasil diisolasi pertama kali dari
seorang pasien thypoid abdominalis oleh Gaffkey di Jerman pada tahun 1884, mikroorganisme
ini merupakan bakteri gram negatif yang motil dan bersifat aerob. Kuman
Salmonella thypii masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang
tercemar. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Salmonella
thyphi terdiri dari , Salmonella parathyphi A, Salmonella parathyphi B, dan
Salmonella parathyphi C. Salmonella thyphi merupakan basil gram negatif yang
bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya
empat macam antigen yaitu antigen O (somatik, terdiri dari zat kompleklipolisakarida),
antigen H (flagela), antigen V1 dan protein membran hialin. Kuman tumbuh pada
suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 – 41°C (optimum 37°C) dan pH
pertumbuhan 6 – 8.
Ada dua
sumber penularan Salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien
dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih
terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1
tahun.
4. Gejala
Klinis
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30)
hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala awal tumbuhnya
penyakit/gejala yang tidak khas) :
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
Menyusul gejala klinis yang lain
1. Demam
berlangsung 3 minggu
§ Minggu
I : Demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore dan
malam hari
§ Minggu
II : Demam terus
§ Minggu
III : Demam mulai turun secara berangsur – angsur
2. Gangguan
pada saluran pencernaan
§ Lidah
kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang
disertai tremor
§ Hati
dan limpa membesar yang nyeri pada perabaan
§ Terdapat
konstipasi, diare
3. Gangguan
Kesadaran
§ Kesadaran
yaitu apatis – somnolen
§ Gejala
lain “ROSEOLA” (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler
kulit)
3.
Insiden
Thypoid abdominalis merupakan penyakit infeksi yang
dijumpai secara luas didaerah tropis dan subtropis terutama didaerah dengan
kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang
rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran thypoid abdominalis
di negara sedang berkembang adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air
minum dan standar hygiene industri pengelolahan makanan yang masih rendah.
Menurut PANG, selain karena meningkatnya urbanisasi, thypoid abdominalis masih
terus menjadi masalah karena faktor lain yaitu penyediaan air bersih yang tidak
memadai. (Soegeng Soegijanto, 2002)
Di Indonesia, thypoid abdominalis terdapat dalam
keadaan endemik, pasien anak yang ditemukan berumur diatas satu tahun.
(Ngastiyah, 2005).
Selama ini penyakit thypoid abdominalis masih
merupakan masalah kesehatan diberbagai negara tropis, terutama Indonesia,
kejadian tifus didunia sekitar 16 juta kasus setiap tahunnya. Di Indonesia
kejadian thypoid abdominalis mencapai 760-810 kasus per 100 ribu penduduk per
tahun. (Anonim, 2007).
4.
Patofisiologi
Infeksi
terjadi pada saluran pencernaan. Basil diserap diusus halus melalui pembuluh
limfe lalu masuk kedalam peredaran darah sampai diorgan-organ lain, terutama
hati dan limfa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan
limfe sehingga organ-organ tersebut akan membesar (hipertropi) disertai nyeri
pada perabaan, kemudian basil masuk kembali kedalam darah (bakteremia) dan
menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam kelenjar limfoid usus halus, sehingga
menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyeri. Tukak
tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus. Gejala demam
disebabkan oleh endotoksin, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan
oleh kelainan pada usus. (Ngastiyah, 2005).
5.
Masa Inkubasi (Manifestasi Klinik)
Masa tunas 7-14
(rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal (gejala
awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
• Perasaan tidak enak badan
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
• Lesu
• Nyeri kepala
• Pusing
• Diare
• Anoreksia
• Batuk
• Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
a.
Masa tunas 10 – 20 hari yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman yang terlama 30
hari.
b.
Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal
yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat,
nafsu makan kurang.
c.
Demam. Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu,
bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari
dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus
berada dalam keadaan demam, pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.
d.
Gangguan pada saluran pencernaan. Pada mulut terdapat
nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah tertutup
selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan.
e.
Gangguan kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun
walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai somnolen, jarang terjadi stupor atau koma
(kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan pengobatan).
f.
Pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan roseola
yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit yang
dapat ditemukan pada minggu pertama demam.
6.
Test Diagnostik
a.
Pemeriksaan darah
1) Pemeriksaan darah untuk kultur (biakan
empedu)
Salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah penderita pada minggu
pertama sakit, lebih sering ditemukan dalam urine dan feces dalam waktu yang
lama.
2)
Pemeriksaan widal
Pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang dapat menentukan diagnosis
thypoid abdominalis secara pasti. Pemeriksaan ini perlu dikerjakan pada waktu
masuk dan setiap minggu berikutnya. (diperlukan darah vena sebanyak 5 cc untuk
kultur dan widal)
b.
Pemeriksaan sumsum tulang belakang
Terdapat gambaran sumsum tulang belakang berupa hiperaktif Reticulum
Endotel System (RES) dengan adanya sel makrofag.
7.
Upaya Pencegahan
v
Usaha terhadap lingkungan hidup :
a.
Penyediaan air minum yang memenuhi
b.
Pembuangan kotoran manusia (BAK dan BAB) yang hygiene
c.
Pemberantasan lalat.
d.
Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
v Usaha
terhadap manusia.
a. Imunisasi
b. Pendidikan
kesehatan pada masyarakat : hygiene sanitasi personal hygiene. (Mansjoer, Arif
1999).
a.
Perawatan
Pasien thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan,
observasi dan diberikan pengobatan yakni :
1)
Isolasi pasien.
2)
Desinfeksi pakaian.
3) Perawatan yang baik untuk menghindari
komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.
4) Istirahat selama demam sampai dengan 2
minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk jika
tidak panas lagi, boleh berdiri kemudian berjalan diruangan.
b.
Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan
makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, bila kesadaran pasien menurun diberikan
makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan anak baik dapat juga diberikan makanan biasa.
Mekanismenya :
·
Diet yang sesuai, cukup kalori, tinggi protein,
cukup cairan,tidak boleh mengandung banyak serat, dan tidak merangsang maupun
menimbulakan gas.
·
Makanan diberikan secara bertahap disesuaikan
dengan penyakitnya (mula-mula cair, saring, lunak, makanan biasa). Pada
penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
·
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2
hari lalu nasi tim.
·
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita
bebas dari demam selama 7 hari.
c.
Obat
Pengobatan antibiotika pada penderita Typhus andominalis akan
memperpendek perjalanan penyakit, mengurangi komplikasi dan mengurangi angka
kematian kasus. Obat-obat simtomatik sebenarnya tidak perlu diberikan secara
rutin pada setiap pasien karena tidak banyak berguna (sesuai dengan penyakit)
misalnya:
·
Antipiretik
·
Kartikosteroid (diberikan pada pasien yang
toksik)
·
Suportif (vitamin-vitamin)
·
Penenang (diberikan pada pasien dengan gejala
neuroprikatri).
Obat anti mikroba yang sering
digunakan :
1)
Cloramphenicol
Cloramphenicol masih merupakan
obat utama untuk pengobatan thypoid.
Dosis untuk anak : 50 – 100
mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas/minimal 14 hari.
2)
Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas
panas/minimal 10 hari.
3)
Bila terjadi ikterus dan hepatomegali : selain
Cloramphenicol juga diterapi dengan ampicillin 100 mg/kg BB/hari selama 14 hari
dibagi dalam 4 dosis.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar